HEADLINE
Riwayat Hidup Singkat Guru Sekumpul

Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga adalah seorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah berkeluh kesah kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem usaha dagang dia sampaikan kepada generasi sekarang lewat cerita-cerita itu.
Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnya membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnya selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada Qusyairi. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga.
Adapun sistem mengatur usaha dagang, ayah Guru Sekumpul menyampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disedekahkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini. “Bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.†Pernah sewaktu kecil Qusyairi bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya. “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.†Qusyairi langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.
Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, ia mengikuti pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura.
Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini ia sudah belajar dengan guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan masing-masing, diantaranya Al’alim Al Fadhil KH Anang Sya’rani Arif, Al’alim Al Fadhil KH Husain Qadri, Al’alim Al Fadhil KH Salim Ma’ruf, Al’alimul Allamah Syaikh Semman Mulia, Al’alimul Allamah Syaikh Salman Jalil, Al’alim Al Fadhil Al Hafizh KH Nasrun Thohir, KH Aini Kandangan. Tiga tuan guru yang terakhir merupakan guru Muhammad Zaini yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid.
Al’alimul Allamah KH Semman Mulia adalah paman Guru Sekumpul yang secara intensif mendidiknya baik ketika berada di madrasah Darussalam maupun di luar madrasah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Semman atau Guru Padang -disebut orang Martapura dan sekitarnya- hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepadanya kecuali di madrasah. Tetapi, Guru Semman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi ulama-ulama besar yang terkenal dengan sepesialisasi keilmuan agama masing-masing baik di daerah Kalsel (Kalimantan) maupun di pulau Jawa untuk belajar ilmu agama.
Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, Guru Semman Mulai mengajak mengantarkan Guru Sekumpul kepada Al’alimul Allamah Al Muhaddist KH Anang Sya’rani Arif (Kampung Melayu) yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir.
Menurut Guru Sekumpul sendiri, kemudian hari ternyata Guru Padang atau Guru Semman Mulia pamannya sendiri adalah pakar di semua bidang keilmuan agama Islam. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu Guru Semman Mulia, tidak menampakkan keilmuan ke depan khalayak.
Semenjak kecil, pergaulannya betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika Qusyairi ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebaya semasa kecil, saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Guru Semman Mulia di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Guru Sekumpul kecil pun langsung pulang ke rumah.
Sedangkan Al’alimul Allamah KH Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalaman ilmunya yaitu Guru Salman Jalil dan KH Hanafi Gobet. Selain itu, Al’alimul Allamah KH Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. KH Salman Jalil ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada generasi sekarang agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.
