Religi & Budaya
Balada Haji Turis Banua (4)
Bisa Berhaji jadi Misi Lain di Balik Niatan Seorang TKI
Dua tahun menjadi TKI dengan gaji 800 Riyal, membuat H Husna ketagihan. Kontrak kerja dua tahun yang mestinya berakhir 1986 diperpanjang. Kendati diakui, selama dua tahun bekerja sebagai supir banyak kejadian yang acapkali membuatnya tak kerasan.

Selama menjadi TKI, H Husna mengaku masih beruntung karena bekerja pada manjikan yang dapat dikategorikan setengah baik. Karena menurutnya, sangat langka seorang majikan di Timur Tengah yang benar-benar baik kepada pembantu atau supir pribadinya. Sempat terbesit dalam benaknya, sejarah kelam perbudakan di era para nabi memang tak pernah terhapus sepenuhnya.
Diakui H Husna, tak jarang ia mendapati TKI asal Banua, utamanya Tenaga Kerja Wanita (TKW) mengalami tindak kekerasan yang dilakukan majikan.
“Beberapa kali saya pernah mengantar TKW yang kabur dari rumah majikannya ke Kedutaan RI. Tapi untungnya, saya dan istri saya yang juga menjadi TKW, tidak pernah mengalami itu,†ujarnya.
Dari berbagai pengalaman selama belasan tahun menjadi TKI di negerinya para nabi, H Husna mengaku tak ingin kembali menjadi TKI. Tidak juga anak cucunya nanti. Karena meski diakuinya penghasilan menjadi TKI lebih menjanjikan.
Cukup menjanjikan karena dari penghasilannya selama menjadi TKI, ekonomi keluarganya kini sudah jauh lebih baik. Beberapa bidang tanah dibeli menggunakan uang tabungannya selama menjadi TKI. Dari gajinya selama menjadi TKI pula, H Husna dapat mendirikan sebuah pabrik penggilangan padi dan sebuah warung makan di kawasan Komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
“Jika bekerja keluar negeri, utamanya sektor nonformal, menjadi pembantu atau supir, saya rasa lebih baik bekerja di sini saja karena memang tidak selama enak menjadi TKI,†kata H Husna.
H Husna hanya satu dari sekian banyak warga Kalsel yang memutuskan menjadi TKI karena latar belakang ekonomi. Karena menurut Fachrizal, Kepala Seksi (Kasi) Perlindungan dan Penempatan pada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Banjarbaru, latar belakang ekonomi menjadi utama mencari pekerjaan ke luar negeri.
Alasan lain mayoritas warga Kalsel TKI dengan tujuan negara-negara di Timur Tengah, menurut Fachrizal karena dapat sekalian menunaikan ibadah haji. Bahkan menurutnya, tak sedikit TKI asal Banua yang menetap di sana.
“Budaya Islami yang kuat di tengah masyarakat, manjadi faktor lain banyak TKI asal Kalsel di Timur Tengah,†kata Fachrizal.
Di Kalsel, salah satu kabupaten yang menjadi kantong TKI adalah Kabupaten Banjar. Berdasakan data pada BP3TKI Banjarbaru, dari 389 TKI asal Kalsel pada 2015, 57 TKI berasal dari Bumi Serambi Mekkah. “Jumlah TKI yang masih ada semuanya TKI lama yang memperpanjang kontrak kerjanya. Karena sejak 2009 moratorium pengiriman TKI baru diberlakukan,†ujar Fachrizal. (rudiyanto)
